Minggu, 02 April 2017

ILMU BUDAYA DASAR



ILMU BUDAYA DASAR
Kebudayaan Sunda”

Hasil gambar untuk logo gunadarma







Nama                                                                                       NPM
Febino Hethariano……………………………………………..12116743
Johanna Sindya………………………………………………...13116742
M.Abyan……………………………………………………….14116653
Raihan Ramadhan.……………………………………………..16116014
Topandika Pratama………………………………………….…17116418
1KA14
I.                Suku Sunda
Suku Sunda adalah kelompok etnis yang berasal dari bagian barat pulau JawaIndonesia, dengan istilah Tatar Pasundan yang mencakup wilayah administrasi provinsi Jawa BaratBantenJakartaLampung dan wilayah barat Jawa Tengah (Banyumasan). Orang Sunda tersebar diberbagai wilayah Indonesia, dengan provinsi Banten dan Jawa Barat sebagai wilayah utamanya.
Budaya Sunda adalah budaya yang tumbuh dan hidup dalam masyarakat Sunda. Budaya Sunda dikenal dengan budaya yang sangat menjunjung tinggi sopan santun. Pada umumnya karakter masyarakat Sunda adalah periang, ramah-tamah, seperti dalam falsafah someah hade ka semahlembut, dan sangat menghormati orang tua. Itulah cermin budaya masyarakat Sunda.
Mayoritas orang Sunda beragama Islam .Ada juga sebagian kecil orang Sunda yang beragama Kristen dan Sunda Wiwitan .Agama Sunda Wiwitan masih bertahan di beberapa komunitas pedesaan suku Sunda, seperti di Kuningan dan masyarakat Sunda di Baduy lebak Banten.
II.            Bahasa
Dalam percakapan sehari-hari, etnis Sunda banyak menggunakan bahasa Sunda. Namun kini telah banyak masyarakat Sunda terutama yang tinggal di perkotaan tidak lagi menggunakan bahasa Sunda dalam bertutur kata. Seperti yang terjadi di pusat-pusat keramaian kota BandungBogor, dan Tangerang, dimana banyak masyarakat yang tidak lagi menggunakan bahasa Sunda.
Ada beberapa dialek dalam bahasa Sunda, para pakar bahasa biasanya membedakan enam dialek berbeda. Dialek-dialek ini adalah:
Ø Dialek Barat (Bahasa Sunda Banten)
Ø Dialek Utara
Ø Dialek Selatan (Priangan)
Ø Dialek Tengah Timur
Ø Dialek Timur Laut (Bahasa Sunda Cirebon)
Ø Dialek Tenggara
Dialek Barat dipertuturkan di daerah Banten dan Lampung. Dialek Utara mencakup daerah Sunda utara termasuk kota Bogor dan beberapa daerah Pantura. Lalu dialek Selatan adalah dialek Priangan yang mencakup kota Bandung dan sekitarnya. Sementara itu dialek Tengah Timur adalah dialek di Kabupaten Majalengka dan Indramayu. Dialek Timur Laut adalah dialek di sekitar Cirebon dan Kuningan, juga di beberapa kecamatan di Kabupaten Brebes dan Tegal, Jawa Tengah. Dan akhirnya dialek Tenggara adalah dialek sekitar Ciamis, juga di beberapa kecamatan di Kabupaten Cilacap dan Banyumas, Jawa Tengah.
III.       Rumah Adat
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/a/a0/COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Huizen_in_Papandak_TMnr_60050402.jpg/220px-COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Huizen_in_Papandak_TMnr_60050402.jpgSecara tradisional rumah orang Sunda berbentuk panggung dengan ketinggian 0,5 m - 0,8 m atau 1 meter di atas permukaan tanah. Pada rumah-rumah yang sudah tua usianya, tinggi kolong ada yang mencapai 1,8 meter. Kolong ini sendiri umumnya digunakan untuk tempat mengikat binatang-binatang peliharaan seperti sapi, kuda, atau untuk menyimpan alat-alat pertanian seperti cangkul, bajak, garu dan sebagainya. Untuk naik ke rumah disediakan tangga yang disebut Golodog yang terbuat dari kayu atau bambu, yang biasanya terdiri tidak lebih dari tiga anak tangga. Golodog berfungsi juga untuk membersihkan kaki sebelum naik ke dalam rumah.

Rumah adat Sunda sebenarnya memiliki nama yang berbeda-beda bergantung pada bentuk atap dan pintu rumahnya. Secara tradisional ada atap yang bernama suhunan Jolopong, Tagong Anjing, Badak Heuay, Perahu Kemureb, Jubleg Nangkub, Capit Gunting, dan Buka Pongpok. Dari kesemuanya itu, Jolopong adalah bentuk yang paling sederhana dan banyak dijumpai di daerah-daerah cagar budaya atau di desa-desa.
Jolopong memiliki dua bidang atap yang dipisahkan oleh jalur suhunan di tengah bangunan rumah. Batang suhunan sama panjangnya dan sejajar dengan kedua sisi bawah bidang atap yang sebelah menyebelah, sedangkan lainnya lebih pendek dibanding dengan suhunan dan memotong tegak lurus di kedua ujung suhunan itu.
Interior yang dimiliki Jolopong pun sangat efisien. Ruang Jolopong terdiri atas ruang depan yang disebut emper atau tepas; ruangan tengah disebut tengah imah atau patengahan; ruangan samping disebut pangkeng (kamar); dan ruangan belakang yang terdiri atas dapur yang disebut pawon dan tempat menyimpan beras yang disebut padaringan. Ruangan yang disebut emper berfungsi untuk menerima tamu.

Dulu, ruangan ini dibiarkan kosong tanpa perkakas atau perabot rumah tangga seperti meja, kursi, ataupun bale-bale tempat duduk. Jika tamu datang barulah yang empunya rumah menggelarkan tikar untuk duduk tamu. Seiring waktu, kini sudah disediakan meja dan kursi bahkan peralatan lainnya. Ruang balandongan berfungsi untuk menambah kesejukan bagi penghuni rumah. Untuk ruang tidur, digunakan Pangkeng. Ruangan sejenis pangkeng ialah jobong atau gudang yang digunakan untuk menyimpan barang atau alat-alat rumah tangga. Ruangan tengah digunakan sebagai tempat berkumpulnya keluarga dan sering digunakan untuk melaksanakan upacara atau selamatan dan ruang belakang (dapur) digunakan untuk memasak.

IV.      Pakaian Adat
Pakaian Adat Jawa Barat atau suku Sunda terdapat 5 macam dan kelima macam pakaian tersebut dibedakan berdasarkan kepentingan dan juga berdasarkan siapa yang memakainya. Untuk zaman sekarang ini, sudah ada 1 jenis pakaian adat yang ditetapkan sebagai pakaian adat resmiJawa Barat yang dapat kita lihat pada acara-acara pemilihan mojang dan jajaka Jawa Barat.
Para jajaka menggunakan jas takwa atau jas tutup dengan warna bebas (lebih sering hitam), celana panjang dengan warna yang sama, kain samping yang diikatkan di pinggang, penutup kepala berupa bendo, dan alas kaki selop. Hiasan yang dikenakan hanya berupa jam rantai yang biasanya dijepitkan pada saku jas.
Sedangkan untuk para mojang, menggunakan pakaian berupa kebaya polos dengan hiasan sulam, kain kebat, beubeur (ikat pinggang), kutang (kamisol), karembong (selendang) sebagai pemanis, dan alas kaki berupa selop dengan warna sama seperti warna kebaya. Adapun untuk hiasannya yaitu tusuk konde berhias bunga untuk rambut disanggul, giwang, cincin, bros, kalung, gelang keroncong, peniti rantai, dan beberapa perhiasan lain yang terbuat dari emas bertahta berlian. 
V.           Seni Musik
Salah satu kesenian yang terkenal dari suku Sunda adalah seni musiknya. Dalam memainkan degung biasanya ada seorang penyanyi yang membawakan lagu-lagu Sunda dengan nada dan alunan yang khas. Penyanyi ini biasanya seorang wanita yang dinamakan sinden. Tidak sembarangan orang dapat menyanyikan lagu yang dibawakan sinden karena nada dan ritmenya cukup sulit untuk ditiru dan dipelajari. Di bawah ini merupakan beberapa lagu dari daerah Sunda:
Selain itu, ada alat musik khas Sunda di antaranya adalah:
ü Calung
ü Degung
ü Kacapi
ü Suling

VI.      Makanan Khas
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/9/90/Nasi_Timbel_Dara_Goreng.JPG/220px-Nasi_Timbel_Dara_Goreng.JPG
     Masakan Sunda adalah masakan dari masyarakat Sunda di Jawa BaratIndonesia. Ini adalah salah salah satu makanan yang paling populer di Indonesia. Makanan Sunda memiliki ciri kesegaran bahannya, lalap terkenal dimakan dengan sambal dan juga karedok menunjukkan kegemaran orang Sunda terhadap sayuran mentah segar. Berbeda dengan masakan minangkabau yang kaya rasa dan pedas dengan kandungan bumbu kari dan santan yang kental, masakan Sunda menampilkan citarasa yang ringan, sederhana, dan jelas; berkisar antara gurih asin, asam segar, manis ringan, dan pedas.

Sambal terasi adalah bumbu penyerta yang paling lazim dalam hidangan Sunda, dimakan dengan lalab atau tahu dan tempe goreng. Sayur asem dengan kuah berbumbu asam jawa mungkin adalah sayur yang paling populer dalam hidangan Sunda. Jenis sayuran populer lain adalah Soto Bandung, sejenis soto dengan irisan daging sapi dan lobak, serta mie kocok, sejenis mi dengan daging sapi dan kikil.

https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/c/c2/Sundanese_Food_02.JPG/220px-Sundanese_Food_02.JPGDi rumah makan atau warung nasi Sunda, lazim makan dengan hanya menggunakan tangan. Biasanya disediakan kobokan, semangkuk air bersih yang kadang diberi irisan jeruk nipis agar memberikan aroma segar. Kobokan ini digunakan untuk membersihkan tangan sebelum dan sesudah makan. Kobokan biasanya juga disediakaan di rumah makan Padang dan rumah makan hidangan laut.

Rumah makan tradisional Sunda dan Jawa biasanya menyajikan cara bersantap secara lesehan; yaitu makan sambil duduk di atas tikar. Makanan biasanya disajikan di atas meja rendah, atau kadang di atas tikar. Cara makan ini sama dengan cara bersantap tradisional Jepang di atas tatami. Rumah makan tradisional Sunda di daerah pedesaan ada yang bergaya saung, yaitu beberapa bangunan rumah panggung kecil yang umumnya dibangun di atas kolam ikan. Kolam ikan itu biasanya sekaligus memelihara ikan mas dan gurami yang dapat dipilih langsung oleh pelanggan untuk langsung dimasak.



Daftar Pustaka