ILMU
BUDAYA DASAR
“Kebudayaan
Sunda”
Nama NPM
Febino
Hethariano……………………………………………..12116743
M.Abyan……………………………………………………….14116653
Raihan Ramadhan.……………………………………………..16116014
Topandika
Pratama………………………………………….…17116418
1KA14
I.
Suku Sunda
Suku Sunda adalah kelompok etnis yang berasal dari bagian barat
pulau Jawa, Indonesia,
dengan istilah Tatar Pasundan yang mencakup wilayah administrasi
provinsi Jawa Barat, Banten, Jakarta, Lampung dan wilayah
barat Jawa Tengah (Banyumasan). Orang Sunda
tersebar diberbagai wilayah Indonesia, dengan provinsi Banten dan Jawa Barat sebagai
wilayah utamanya.
Budaya Sunda adalah budaya yang tumbuh dan
hidup dalam masyarakat Sunda.
Budaya Sunda dikenal dengan budaya yang sangat menjunjung tinggi sopan santun.
Pada umumnya karakter masyarakat Sunda adalah periang, ramah-tamah, seperti
dalam falsafah someah hade ka semahlembut, dan sangat menghormati orang tua. Itulah cermin
budaya masyarakat Sunda.
Mayoritas orang Sunda beragama Islam .Ada juga sebagian kecil orang
Sunda yang beragama Kristen dan Sunda Wiwitan .Agama
Sunda Wiwitan masih bertahan di beberapa komunitas pedesaan suku Sunda, seperti
di Kuningan dan masyarakat Sunda di Baduy lebak Banten.
II.
Bahasa
Dalam
percakapan sehari-hari, etnis Sunda banyak menggunakan bahasa Sunda. Namun kini
telah banyak masyarakat Sunda terutama yang tinggal di perkotaan tidak lagi
menggunakan bahasa Sunda dalam bertutur kata. Seperti yang terjadi di
pusat-pusat keramaian kota Bandung, Bogor, dan Tangerang, dimana banyak masyarakat yang tidak lagi menggunakan
bahasa Sunda.
Ada
beberapa dialek dalam bahasa Sunda, para pakar bahasa biasanya
membedakan enam dialek berbeda. Dialek-dialek ini adalah:
Ø Dialek Utara
Ø Dialek Selatan (Priangan)
Ø Dialek Tengah Timur
Ø Dialek Tenggara
Dialek Barat dipertuturkan di daerah
Banten dan Lampung. Dialek Utara mencakup daerah Sunda utara termasuk kota
Bogor dan beberapa daerah Pantura. Lalu dialek Selatan adalah dialek Priangan
yang mencakup kota Bandung dan sekitarnya. Sementara itu dialek Tengah Timur
adalah dialek di Kabupaten Majalengka dan Indramayu. Dialek Timur Laut adalah
dialek di sekitar Cirebon dan Kuningan, juga di beberapa kecamatan di Kabupaten
Brebes dan Tegal, Jawa Tengah. Dan akhirnya dialek Tenggara adalah dialek
sekitar Ciamis, juga di beberapa kecamatan di Kabupaten Cilacap dan Banyumas,
Jawa Tengah.
III. Rumah
Adat
Secara
tradisional rumah orang Sunda berbentuk panggung dengan ketinggian 0,5 m - 0,8
m atau 1 meter di atas permukaan tanah. Pada rumah-rumah yang sudah tua
usianya, tinggi kolong ada yang mencapai 1,8 meter. Kolong ini sendiri umumnya
digunakan untuk tempat mengikat binatang-binatang peliharaan seperti sapi,
kuda, atau untuk menyimpan alat-alat pertanian seperti cangkul, bajak, garu dan
sebagainya. Untuk naik ke rumah disediakan tangga yang disebut Golodog yang
terbuat dari kayu atau bambu, yang biasanya terdiri tidak lebih dari tiga anak
tangga. Golodog berfungsi juga untuk membersihkan kaki sebelum naik ke dalam
rumah.
Rumah adat
Sunda sebenarnya memiliki nama yang berbeda-beda bergantung pada bentuk atap
dan pintu rumahnya. Secara tradisional ada atap yang bernama suhunan Jolopong,
Tagong Anjing, Badak Heuay, Perahu Kemureb, Jubleg Nangkub, Capit Gunting, dan
Buka Pongpok. Dari kesemuanya itu, Jolopong adalah bentuk yang paling sederhana
dan banyak dijumpai di daerah-daerah cagar budaya atau di desa-desa.
Jolopong memiliki dua bidang atap
yang dipisahkan oleh jalur suhunan di tengah bangunan rumah. Batang suhunan
sama panjangnya dan sejajar dengan kedua sisi bawah bidang atap yang sebelah
menyebelah, sedangkan lainnya lebih pendek dibanding dengan suhunan dan
memotong tegak lurus di kedua ujung suhunan itu.
Interior yang dimiliki Jolopong pun
sangat efisien. Ruang Jolopong terdiri atas ruang depan yang disebut emper atau
tepas; ruangan tengah disebut tengah imah atau patengahan; ruangan samping
disebut pangkeng (kamar); dan ruangan belakang yang terdiri atas dapur yang
disebut pawon dan tempat menyimpan beras yang disebut padaringan. Ruangan yang
disebut emper berfungsi untuk menerima tamu.
Dulu,
ruangan ini dibiarkan kosong tanpa perkakas atau perabot rumah tangga seperti
meja, kursi, ataupun bale-bale tempat duduk. Jika tamu datang barulah yang
empunya rumah menggelarkan tikar untuk duduk tamu. Seiring waktu, kini sudah
disediakan meja dan kursi bahkan peralatan lainnya. Ruang balandongan berfungsi
untuk menambah kesejukan bagi penghuni rumah. Untuk ruang tidur, digunakan
Pangkeng. Ruangan sejenis pangkeng ialah jobong atau gudang yang digunakan
untuk menyimpan barang atau alat-alat rumah tangga. Ruangan tengah digunakan
sebagai tempat berkumpulnya keluarga dan sering digunakan untuk melaksanakan
upacara atau selamatan dan ruang belakang (dapur) digunakan untuk memasak.
IV. Pakaian
Adat
Pakaian Adat Jawa Barat atau suku Sunda
terdapat 5 macam dan kelima macam pakaian tersebut dibedakan berdasarkan
kepentingan dan juga berdasarkan siapa yang memakainya. Untuk zaman sekarang
ini, sudah ada 1 jenis pakaian adat yang ditetapkan sebagai pakaian adat resmiJawa Barat yang dapat kita lihat pada acara-acara
pemilihan mojang dan jajaka Jawa Barat.
Para jajaka menggunakan
jas takwa atau jas tutup dengan warna bebas (lebih sering hitam), celana
panjang dengan warna yang sama, kain samping yang diikatkan di pinggang,
penutup kepala berupa bendo, dan alas kaki selop. Hiasan yang dikenakan hanya
berupa jam rantai yang biasanya dijepitkan pada saku jas.
Sedangkan untuk para
mojang, menggunakan pakaian berupa kebaya polos dengan hiasan sulam, kain
kebat, beubeur (ikat pinggang), kutang (kamisol), karembong (selendang) sebagai
pemanis, dan alas kaki berupa selop dengan warna sama seperti warna kebaya.
Adapun untuk hiasannya yaitu tusuk konde berhias bunga untuk rambut disanggul,
giwang, cincin, bros, kalung, gelang keroncong, peniti rantai, dan beberapa perhiasan
lain yang terbuat dari emas bertahta berlian.
V.
Seni Musik
Salah satu kesenian yang terkenal dari
suku Sunda adalah seni musiknya. Dalam memainkan degung biasanya ada seorang
penyanyi yang membawakan lagu-lagu Sunda dengan nada dan alunan yang khas. Penyanyi
ini biasanya seorang wanita yang dinamakan sinden. Tidak sembarangan orang
dapat menyanyikan lagu yang dibawakan sinden karena nada dan ritmenya cukup
sulit untuk ditiru dan dipelajari. Di bawah ini merupakan beberapa lagu dari
daerah Sunda:
ü Es Lilin
ü Tokecang
Selain itu, ada alat musik khas Sunda di antaranya adalah:
ü Angklung
ü Calung
ü Degung
ü Kacapi
ü Suling
VI. Makanan
Khas
Masakan Sunda adalah masakan dari masyarakat Sunda di Jawa Barat, Indonesia. Ini adalah salah salah satu makanan yang paling populer di Indonesia. Makanan Sunda memiliki ciri kesegaran bahannya, lalap terkenal dimakan dengan sambal dan juga karedok menunjukkan kegemaran orang Sunda terhadap sayuran mentah segar. Berbeda dengan masakan minangkabau yang kaya rasa dan pedas dengan kandungan bumbu kari dan santan yang kental, masakan Sunda menampilkan citarasa yang ringan, sederhana, dan jelas; berkisar antara gurih asin, asam segar, manis ringan, dan pedas.
Sambal terasi adalah
bumbu penyerta yang paling lazim dalam hidangan Sunda, dimakan dengan lalab
atau tahu dan tempe goreng. Sayur asem dengan
kuah berbumbu asam jawa mungkin
adalah sayur yang paling populer dalam hidangan Sunda. Jenis sayuran populer
lain adalah Soto Bandung,
sejenis soto dengan irisan daging sapi dan lobak, serta mie kocok,
sejenis mi dengan daging sapi dan kikil.
Di rumah
makan atau warung nasi Sunda, lazim makan dengan hanya menggunakan tangan.
Biasanya disediakan kobokan, semangkuk air bersih yang kadang diberi irisan
jeruk nipis agar memberikan aroma segar. Kobokan ini digunakan untuk
membersihkan tangan sebelum dan sesudah makan. Kobokan biasanya juga
disediakaan di rumah makan Padang dan rumah makan hidangan laut.
Rumah
makan tradisional Sunda dan Jawa biasanya menyajikan cara bersantap
secara lesehan;
yaitu makan sambil duduk di atas tikar. Makanan biasanya disajikan di atas meja rendah, atau
kadang di atas tikar. Cara makan ini sama dengan cara bersantap
tradisional Jepang di
atas tatami.
Rumah makan tradisional Sunda di daerah pedesaan ada yang bergaya saung,
yaitu beberapa bangunan rumah panggung kecil yang umumnya dibangun di atas
kolam ikan. Kolam ikan itu biasanya sekaligus memelihara ikan mas dan gurami
yang dapat dipilih langsung oleh pelanggan untuk langsung dimasak.
Daftar Pustaka