Runtuhnya
raksasa ekonomi dunia
Saat berbicara mengenai perekonomian
tidak luput dari istilah impor, ekspor, kegiatan jual beli bahan mentah, berupa
bahan tambang, minyak bumi maupun barang siap guna antara negara – negara di
seluruh penjuru dunia hampir selalu terjadi, bahkan tiap detiknya terjadi
proses perekonomian bisnis satu negara dengan negara lainnya. Besarnya suatu
negara tidak hanya dikaitkan dengan kekuatan persenjataan dan besarnya suatu
wilayah negara tersebut, melainkan dilihat pula jalannya bisnis perekonomian
negara, pada era modern seperti sekarang ini perang yang terjadi antara negara
internasional bukan lagi memperebutkan suatu wilayah atau melakukan penjajahan
secara fisikal, melainkan tindak monopoli perdagangan dan menjadikan negaranya
pusat ekonomi dunia, tiap negara berlomba lomba untuk menjadi negara adidaya
yang menguasai jalannya bisnis ekspor dan impor.
China merupakan negara eksportir
terbesar dunia, sebagai negara yang berdekatan dengan China, mitra perdagangan
bisnis Indonesia dengan China begitu erat. Namun dengan mewabahnya pandemi
virus corona jenis baru yang diberi nama Covid-19 yang menyerang masyarakat
China hingga menyebabkan sektor ekonomi China memburuk dan berimbas pada bisnis
perdagangan dunia termasuk Indonesia. China yang tadinya diketahui tinggi
pemrintaan terhadap batu bara dan kelapa sawit mendadak mengalami penurunan
yang cukup signifikan dalam waktu 3 bulan terakhir terhitung dari mewabahnya
virus jenis baru ini. Perdagangan yang biasa dilakukan tiap negara terhadap
China mengalami hambatan, sehingga berbagai proses produksi mengalami
keterlambatan.
Virus corona kian mewabah se antero
negri China dan diberlakukannya sistem Lockdown
pada negri tirai bambu tersebut, yang menyebabkan lumpuh totalnya
prekonomian internasional China, sektor bisnis yang berkaitan dengan ekspor,
impor diberhentikan hingga pandemi virus dinyatakan berhenti oleh pemerintah
pusat. Virus corona menyebar luas ke seluruh dunia, besar kemungkinan melalui
aktivitas penerbangan antar negara yang membawa virus itu keluar zona merah,
alhasil virus covid-19 ini tumbuh besar di negara selain China, salah satunya di
negri pesaing China dalam persaingan bisnis perekonomian yaitu negri paman sam
Amerika Serikat. Presiden Amerika Serikat, Donald Trump memperintahkan untuk
menutup seluruh penerbangan menuju negara yang dipimpinnya, untuk mencegah
membengkaknya jumlah pasien positif terkena virus berbahaya itu, dalam kurun
waktu 2-3 bulan virus covid-19 menggemparkan Amerika hingga kini Amerika
menjadi negara dengan pasien positif terbesar di dunia. Keadaan ini memaksa
presiden negri paman sam itu untuk memperpanjang arahan darurat tinggal dirumah
hingga April 2020, dengan diberlakukannya pembekuan akses keluar masuk negara,
kini nilai mata uang Dollar Amerika meroket tinggi yang menyebabkan
meningkatnya harga jual barang di pasar internasional, dan menyebabkan
menurunnya minat para investor untuk menanamkan saham modal mereka di tiap
negara.
Pada negara yang baru baru ini masuk
dalam jajaran negara maju menurut Amerika Serikat, pemerintah Indonesia
diharpkan dapat memperlambat laju virus corona menyebar di tanah air, sehingga
tidak terjadi krisis ekonomi seperti yang sudah di prediksi oleh Direktur Riset
Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah Redjalam,
kebijakan untuk menanggulangi krisis ekonomi masih belum tampak dari pemerintah
indonesia untuk kondisi terburuk. Sudah sewajarnya jika pemerintah memikirkan
jalan yang akan ditempuh Indonesia kedepannya untuk menanggulangi pandemi
corona dan menjaga bisnis perekonomian tetap stabil untuk mencegah krisis.
Masyarakat di Indonesia diharpkan saling bantu dan kooperativ dengan pemerintah
untuk menghadapi wabah ini, karena dampaknya bukan hanya kepada kesehatan
masyarakat itu sendiri melainkan kesehatan ekonomi Indonesia di kancah bisnis
internasional, bisa diambil contoh pada raksasa ekonomi dunia, dengan virus
yang hanya berukuran 400-500 milimeter kini tengah meruntuhkan kejayaan mereka.
Referensi
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar